Suatu hari, sebuah kelompok alumni universitas yang terdiri dari para sarjana sukses, berkumpul bersama untuk mengadakan acara reuni dengan mantan profesor mereka. Acara yang diadakan di kediaman sang profesor tersebut dihiasi hiruk pikuk dan canda tawa hingga tanpa mereka sadari pembicaraan berubah menjadi ajang curhat berisi keluh-kesah, stres dan kerasnya kehidupan.
Untuk menghangatkan suasana, sang profesor pergi ke dapur untuk meracik kopi. Sekembalinya dari dapur, ia membawa sebuah teko besar dan berbagai macam cangkir yang terbuat dari keramik, plastik, kaca, kristal dan beberapa cangkir murahan. Ia mempersilakan tamu-tamu beliau untuk menghidangkannya sendiri.
Ketika setiap mahasiswa menikmati sajian kopi, sang profesor berujar:
“Kalau kalian perhatikan, cangkir-cangkir yang bagus dipakai semua, yang tersisa hanyalah cangkir yang jelek dan murahan. Walaupun wajar bagi kalian untuk mengambil yang terbaik bagi diri kalian, itulah sumber stres dan masalah di dalam kehidupan kalian.
Tahukah kalian bahwa cangkir itu sendiri tidak merubah cita rasa kopinya. Terkadang cangkirnya lebih mahal dan menyembunyikan nilai kopi yang kita minum.
Sebenarnya yang kalian inginkan hanyalah kopi, bukan cangkirnya, tapi tanpa kalian sadari kalian mengambil cangkir yang paling bagus dan kalian mulai membandingkannya dengan cangkir orang lain.
Sekarang pertimbangkan hal ini: Jika kehidupan kita andaikan sebagai kopi; karir, uang dan jabatan sebagai cangkir. Mereka (karir, uang dan jabatan) hanyalah alat yang berfungsi untuk menampung kehidupan, dan jenis cangkir yang kita miliki tidak dapat menentukan atau pun merubah kualitas kehidupan yang kita miliki.
Begitu sering, karena terfokus pada cangkir, kita gagal menikmati kopi yang dihidangkan oleh Tuhan.”
Tuhan mendidihkan kopinya, bukan cangkirnya.
Selamat menikmati kopinya!
–==00==–
:: Sumber: KlipingKehidupan.org
tq
alhamdulillah, terima kasih untuk cerita pencerah [agi ini disaat aQ lagi penat dengan kerjaan. 🙂 Ini sprti sentilam untuk Qta smw yg trkdsh trll sibuk dan lupa bersyukur dan bgmna mengembangkan kualitas diri mnjd lb baik.. terima kasih
============
Alhamdulilah. Kisah diatas juga begitu bermakna bagi saya pribadi 🙂
Alhamdulilah, kisah ini membawa pencerahan buat saya
Kisah ini seolah memperjelas kalam Syeikh Jalaluddin Rumi yg jd kutipan Blog ini 🙂
bagaimana jika saya mencampurkan kopi dengan garam..?
barangkali itu sama dengan yg saya rasakan akhir2 ini…. thanks mas Dimas
oia ada sedikit oleh2 buat sampean.. monggo di check it http://syahruramadhani.wordpress.com/2011/07/17/10-things-about-me/
+ suka,, penuh makna,, trims Prof..
artikel
yang penuh makan..:)
memang dunia penuh rasa, dan termasuk keindahan menikmati kopi dengan gelas yang apik, senang sekali dengan tulisan sarat makna
MOHON DO’A RESTUNYA AGAR KAMI BISA TAMBAH ISTIQOMAH..BUAT PENULIS DIATAS,SEMOGA SENANTIASA DIRAHAMATI ALLOH SWT.AMIN
Subhanallah ..
terima kasih pak profesor buat nasehat nya
🙂
assalam..teringat saya tentang bincang2 kecil dengan shbat sya brnama syahrial masih seputar kopi. menarik karna bgtu dlm makna tersirat nya. ketika shbat sy brtnya cobalah jlaskan kopi itu yg mn??brmcam2 jwban y sy brikan nmun akhirnya tmn sya mnjlaskan utk smua jwban sy klw kopi tsb bkn lh wjud air y bwrna htam dr sgala mcm zat y bwrna htam..krna klw kt hnya mnilai air y bwrna htam adlh kopi mk air selokan y d sguhkan jg spt kopi..air arang jg spt kopi..tinta jg spt kopi..kt smua mgenal kopi tp kt blm tntu mnyadari y mn sbnarnya kopi tsb..jd tmn sy mnjlaskan sbnarnya kopi tsb adlah RASA..sblm kt blm pnh mnum dan mrasa kan kopi mk kt tdk akan pnh tau apakah kopi tsb.wlw pun kt mlihat d dpn mata kt sndiri bgaiman mn org mracik kopi.y kt tau hnylah wjud kopi y kasat mata.nmun kopi itu sndiri sbnar nya adalah RASA y tak kasat mata. bgtu jg lh kt dgn sang khaliq Allah SWT. dua untaian kata hikmah y akhirnya dpt sy smpulkan : 1). RASA adlah esensi nyata y abstrak y dpt d rasakan mnusia akan eksistensi Pencipta yaitu Allah SWT. 2). Disebalik ilmu ada rahasia. dan d sebalik rahasia RASA. mk crilah ilmu utk mcpai nya….terima kasih pak atas blog nya.smoga brmnfaat utk kt smua..amiin..wassalam..
saya jadi teringat nasihat kake saya, dia sebelu meninggal meminta saya untuk selalu mengingat sebuah dalil yg kurang lebih begini (mohon di koreksi kalau salah) man arrofa robbahu faqod arrofa robbahu wa man arrofa robbahu fakhod djakhilan nafsyahu, siapa yang mengenal Tuhannya tentu tahu akan hakikat didirnya, dan siapa yg telah mengenal dirinya maka dia akan merasa bodoh…
MasyaALLAH..keren sekali..
Alhamdulillah,,,bisa ketemu blog ini dan mengambil manfaat…
🙂
subhanallah….
ass,,, wow kisah yg mnyejukkan ,,, aq tak tahu harus brkata apa lagi selain terima kasih tuk kisah ini,,, wassalam
Alhamdulillah gan..
hehehehe… mudah-mudahan ane pertamax!! Wahh ,, kalah cepet dah.. Hihihi..
Bersama Gorengan dan camilan ane nobatkan agan ini sebagai Penulis.. Heheheh.. Mau?? Mau?? 😛
Pass banget nih om kita harus saling berbagi.. Ada yang mau Gorengan?? Ni ane punya’ ni… hehehe.. Biar semangat!!
bagus sekali artikelnya, thx
alhamdulillah, terima kasih banyak. artikel ini membantu mengingatkan sy kembali…
sangat mencerahkan dan baik untuk direnungkan 🙂
kopi yang banyak membuat inspirasi bagi kita yang menikmatinya.
masyaAllah! terimakasih sudah membantuku menemukan jawaban!
mantap…
terkadang kita mencari kebahagiaan dimana mana, padahal ia sangat dekat di nafas..
invite 2662c7e2
syarif-it.blogspot.com
Bagus sekali ceritanya, sangat menginspirasi.
terima kasih sudah membukakan hati saya
Alhamdulillah inilah Rasa kopi yg menyegarkan & menghangatkan kehidupanku.#
Saya suka dengan analogi yang menyatakan bahwa “Jika kehidupan kita andaikan sebagai kopi; karir, uang dan jabatan sebagai cangkir. Mereka (karir, uang dan jabatan) hanyalah alat yang berfungsi untuk menampung kehidupan, dan jenis cangkir yang kita miliki tidak dapat menentukan atau pun merubah kualitas kehidupan yang kita miliki. Begitu sering, karena terfokus pada cangkir, kita gagal menikmati kopi yang dihidangkan oleh Tuhan.”. Saya rasa tuhan memberikan itu semua bukan untuk kita salah gunakan, tapi harus kita manfaatkan dengan seimbang. Terimakasih untuk renungannya, ini bisa menjadi pelajaran hidup bagi kita semua