Penanya: Terkadang aku bingung akan apa yang Tuhan inginkan, apakah Dia ingin aku berbuat sesuatu agar segalanya terjadi atau apakah Dia menginginkanku untuk tidak berbuat apa-apa dan menerima apa yang terjadi.
Bawa Muhaiyaddeen: Baiklah, mari kita lihat. Ambil contoh seorang dokter. Setelah menyelesaikan sekolah kedokteran, jika ia menjadi ahli bedah, dia akan memiliki akses pada semua alat-alat (instrumen) bedah yang akan digunakan tangannya untuk membedah. Apakah tugasnya saat itu? Dia mengetahui bahwa pasien bisa hidup ataupun meninggal selama operasi berjalan. Jadi mungkin dia akan berpikir, “Jika operasinya gagal dan pasiennya meninggal, aku akan dianggap bersalah karena membunuh dan aku akan masuk neraka. Tetapi jika pasiennya hidup, aku akan dipuji.” Mungkin itu yang akan terjadi. Tetapi selayaknya dia tidak perlu berpikir bahwa hasilnya merupakan tanggung jawab dirinya.
Ada Sang Pencipta yang menciptakan tubuh ini, dengan segala pembuluh darah dan syarafnya. Segalanya merupakan milik-Nya, bahkan kelahiran dan kematian. Bahkan segala pujian dan segala hinaan adalah milik-Nya. Para dokter perlu menyadari hal ini. Dia harus bertindak seperti itu dan berkata, “Ya Tuhanku, ini adalah pekerjaan-Mu. Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu untuk datang dan melakukan tugas-Mu. Aku hanyalah pembantu-Mu. Aku hanyalah instrumen di tangan-Mu. Adalah Engkau yang harus melaksanakan operasinya, melindungi pasiennya, dan menyelamatkan hidupnya ataupun membuatnya meninggal. Ini adalah tugas-Mu. Aku hanyalah instrumen. Sebuah instrument tidak bertanggung jawab akan hasilnya. Yang bertindak dan melindungi adalah Engkau. Untuk itulah Engkau, Diri-Mu sendiri, yang harus melaksanakan operasi ini.”
Anakku, engkau harus menyadari bahwa engkau hanyalah instrumen-Nya, dan tanggung jawabnya bukan berada di tanganmu. Ingatlah bahwa ahli bedahnya adalah Tuhan dan engkau adalah tangan-Nya. Jika engkau melaksanakan operasinya dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada lagi bahaya. Tuhan yang akan melakukannya. Bagaimanapun, jika, engkau berkata, “Aku yang melakukan operasi ini,” maka pujian ataupun hinaan akan menjadi milikmu.
Jika engkau dapat memahami bahwa tanggung jawab akan pujian dan hinaan adalah milik Allah semata, dan jika engkau menyerahkan segalanya kepada-Nya, maka engkau akan melaksanakan semua tugas-tugas sebagai instrumen-Nya, dan mengatakan, “Semoga yang bertindak adalah Engkau, Wahai Tuhanku.” Oleh sebab itu, jadilah instrumen-Nya dan lakukan apapun yang engkau lakukan dengan kemampuanmu yang terbaik. Begitulah caranya.
*********
Sumber artikel & diterjemahkan oleh Dimas Tandayu
Hmm.. Kok begitu ya? Ahaa!! But I’m Agree with you guys. That’s right, kita hanyalah instrumen2 pnting yg berusaha memberi pelayanan yg terbaik akan keinginan tuhan.. Begitu kan? Hmm.. Gue paham sekarang.. Thank’s guys!! Peace be upon you.
============================================================================
You welcome brother 😉
salam,
dalam ertikata yang lain,apabila seorang hamba telah ditarik untuk mempersoalkan soalan takdir secara mendalam dalam saat seiringan kekuatannya untuk menjaga dan memelihara dengan sebaiknya segala perintah dan larangan dalam agama islam bererti terheretnya dia untuk mencapai persoalan takdir ini adalah untuk mempertingkatkan darjatnya daripada makam ketaatan kemakam makrifah…dalam disiplin sufi/tasawwuf yang benar..TAKDIR ADALAH HAK ALLAH,MAKA HAK HAMBA IALAH UNTUK MENGABDI DIRI KEPADA DIA…dalam keadaan tertentu,meskipun itu merupakan takdir,jangan persalahkan takdir,tapi salahkan dirimu sendiri lalu mohon ampun kepada Allah swt…maka engakau akan dikasihinya dan berada dipehak yang benar…jangan jadi seperti iblis laknatullah yang telah menyalahkan takdir lantas tidak pernah mengaku kesalahan dan mohon ampun kepada Allah,kerana merasa dirinya adalah yang paling terbaik…maka tersingkirlah dia dari rahmat Allah untuk selamanya..
bro, numpang copy paste yaaa… artikel-nya touching buat saya…
==================
Silahkan…silahkan
lama ga buka situs ini…sekali buka, aku bergetar lagi…
apa yang diinginkan Tuhan? sya setuju tntg “instrumen” dlm tanda kutip… bahwa memang hanyalah instrumen… kita selalu menyalahkan takdir,sdgkan takdir sudah ditakdirkan untuk bisa diubah.. semoga berkah.. jadi apa yg di inginkan Tuhan? maka tanyakan pada dirimu jika kamu benar2 telah mengubah takdir ke “better” tntuny…
subhanallah..bahwa ternyata telah terlalu banyak kesombongan, ketakutan n kekhawatiran yg seharusnya gak perlu ada dlm hidup kita selama ini…smw adlh kuasaNya..
Sangat sangat tertarik pada artikel-artikel di blog ini, kalau boleh saya ingin mengcopas buat blog sendiri, boleh ya..? Terima kasih sdh share..:)